GAMBARAN REGULASI DIRI DAN PERILAKU KENAKALAN SEKSUAL PADA REMAJA DI BATULICIN
Journal: Jurnal Ecopsy (Vol.3, No. 2)Publication Date: 2016-08-01
Authors : Muhammad Yayan; Emma Yuniarrahmah; Hemy Heryati Anward;
Page : 82-87
Keywords : Self-regulation; Sexual Delinquency; Behavior; Adolescent;
Abstract
ABSTRAK (ID). Perilaku kenakalan remaja di Indonesia cukup mengkhawatirkan dan harus segera ditangani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai regulasi diri dan perilaku kenakalan seksual pada remaja di Batulicin. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif. Penggalian data dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan menggunakan tes grafis. Subjek penelitian tiga orang remaja yang bertempat tinggal di Batulicin, terdiri dari dua subjek laki-laki dan satu subjek perempuan. Penelitian menunjukan ketiga subjek memiliki regulasi diri tipe 2 yang merupakan proses jangka pendek menjauhi tujuan diri yang relevan. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa subjek BA memiliki regulasi diri yang lebih baik dari subjek DK dan MK. Komponen regulasi diri masing-masing subjek secara garis besar ingin menentukan dirinya mencapai cita-cita yang diharapkan. Masing-masing subjek memiliki bentuk monitoring, instruksi, evaluasi dan pengenaan kontinjensi terhadap diri yang berbeda-beda. Bentuk perilaku kenakalan seksual yang dilakukan adalah berciuman, berpelukan, memegang daerah sensitif lawan jenis, dan melakukan hubungan seksual.------ ABSTRACK (EN). Juvenile delinquency behavior in Indonesia is quite alarming and needs to be immediately addressed. The purpose of this study was to obtain the description of self-regulation and sexual delinquency behavior in adolescents in Batulicin. A qualitative research method was used in the study, and data were collected using the techniques of interviews, observation, and graphics test. Subjects of the study were three adolescents who resided in Batulicin, two males and one female. The results indicated that the three subjects had self-regulation of type 2, which was a short-term process away from the relevant self-goal, and it was also found out that subject BA had better self-regulation than subjects DK and MK. The self-regulation component of each subject in general was that each of them wanted to define himself/herself to achieve the expected ideals. Each subject had different forms of monitoring, instruction, evaluation and imposition of self-contingency. The forms of sexual delinquency behavior they committed were kissing, hugging, holding the sensitive area of the opposite sex, and sexual intercourse.
Other Latest Articles
- HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KONFORMITAS PADA REMAJA
- PERANAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP STRES AKIBAT KEMACETAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN
- PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP INTENSI TURNOVER KARYAWAN DI INDONESIA
- GAMBARAN PENALARAN MORAL PADA REMAJA PECANDU NARKOBA
- ANALISIS FENOMENOLOGI EKSISTENSI NARAPIDANA PELAKU PEMBUNUHAN BERENCANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
Last modified: 2017-05-16 12:08:50